Sabtu, 24 Juli 2010

Berkat orang benar

“Orang benar akan bertunas seperti pohon korma , akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;” 
Mazmur 92:12    
Dua analogi yang dipakai pemazmur untuk menggambarkan orang benar dalam perjalanan hidupnya: (1). Orang benar akan bertunas seperti pohon korma. (2). Orang benar akan tumbuh subur seperti pohon aras libanon. Pohon korma tumbuh di padang gurun yang gersang, dimana pohon buah lainnya tidak bisa. Apabila petani menanam benih korma, menanamnya pasir lalu menindihnya dengan batu. Nampaknya tidak manusiawi, tetapi baik supaya tidak terbawa angin yang akhirnya bisa kering dan mati.  Analogi pohon aras libanon. Pohon aras Libanon satu jenis kayu yang sangat baik. Raja Salomo memakai kayu ini untuk keperluan pembangunan bait Allah? (1 Raja 5:2-8). Kayu aras libanon memiliki serat kayu yang bagus, diameternya lebar dan mudah dibentuk. Konon menurut keterangan, Kayu aras Libanon tumbuh di lereng gunung, setiap harinya selalu diterpa angin kencang, proses ini yang menjadikan akar mampu menancap ke dalam tanah, menyerap sari bagi pertumbuhan batang dan pohon. Terpaan angin juga membentuk serat kayu aras menjadi indah.

Ini berbicara tentang pemeliharaan Tuhan bagi orang benar, walaupun hidup di lokasi dan situasi yang tidak menyenangkan, tantangan, persoalan datang silih bergati, Tuhan mampu membuat sistem untuk menghidupi orang benar sehingga orang benar bisa bertumbuh dan menghasilkan buah. Alkitab tidak pernah menjanjikan orang benar tidak akan mengalami tantangan, tetapi Allah berjanji “Pada waktu orang benar dicobai Ia akan memberikan jalan ke luar” (1 Korintus 10:13). Dimana Anda berada sekarang ini? Apakah terasa seperti dipadang gurun? Apakah Anda merasa Allah kejam? Tantangan terasa bagaikan angin badai, bila anda sudah menjadi orang benar karena YESUS dan tinggal di dalam kebenaran itu, percayalah semuanya itu akan mendatangkan kebaikan pada waktunya.

Dimanakah hati anda berada ?

Seorang pernah bertanya kepada John D. Rockefeller, “Tuan, berapa banyakkah uang yang di butuhkan oleh seseorang sehingga ia merasa puas ? Rockefeller mejawab, “Lebih sedikit dari apa yang telah dimilikinya , yang berarti bahwa uang itu tidak berkuasa untuk memuaskan mereka yang menyia-nyiakan hidup mereka untuk mencari dan menimbunnya”.
Apa yang di katakan Rockefeller, benar, karena dengan uang manusia tidak pernah puas dengan apa yang di dapatinya. Ibarat seperti terminum air laut, yang terus merasa haus. Begitu juga manusia dengan uang yang tidak pernah puas dengan apa yang di dapati atau ditimbunnya.
Pengkhotbah berkata, “ siapa mencari uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia” (pengkhotbah 5:10). Manusia sering terhanyut dalam mengejar uang atau harta dalam kehidupannya, atau menjadi kesia-siaan dalam hidupnya. Artinya, bukan uang atau harta tidak penting dalam kehidupan manusia. Uang itu penting sebagai alat menjalankan roda kehidupan. Tapi bukan yang utama dalam hidup ini. Pengkhotbah mengajarkan pada para pembaca untuk mensyukuri apa yang di dapati. Sebab bagi yang mengejar dan menimbun uang atau harta, ia akan tidak tenang dalam hidupnya. Yesus berkata, “Karena di mana hartamu berada, disitu juga hatimu berada.” (Matius 6:21)
Akhirnya kita menyadari bahwa kebahagiaan bukan terletak pada uang atau harta yang banyak, melainkan mensyukuri hasil usaha yang didapat dan yang di anugrahkan Allah pada hidup ini . Ingat, uang sangat baik menjadi hamba kita, tetapi sangat jahat menjadi tuan bagi hidup kita. Jadi, berkuasalah atas uang dan janganlah di kuasai oleh uang. Amin..!!!

Minggu, 18 Juli 2010

Hati seorang murid Tuhan


" Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. "
Amsal 4 : 23
Tuhan Yesus disalibkan oleh karena akibat sikap ketidaktahuan mereka, bahkan mereka menutup hati, mereka menolak segala kebenaran yang ada dalam diri Yesus Kristus, mereka tahu bahwa Allah Abraham,  Ishak  dan  Yakub,  Allah  nenek  moyang  kita  telah memuliakan Hamba-Nya,  yaitu Yesus (Kis 3:12-17) tetapi mereka tetap menolak, membunuh dan menyalibkan Yesus karena ketidaktahuan mereka, mereka menutup hati.

Ketidaktahuan dapat menimbulkan tragedi, bencana. Oleh karena itu kita harus mengasah hati kita, karena ketidaktahuan berhubungan dengan hati. Apabila seseorang mempunyai hati yang buta, maka seseorang itu tidak mempunyai kepedulian. Sekalipun mereka melihat, mereka tidak melihat dan tidak menganggap sekalipun mereka mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti, sebab hati mereka membebal, telinga mereka berat mendengar, dan mata mereka melekat tertutup (Mat 13:13-16) oleh karena itu jagalah hati kita dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23) sehingga tidak terjadi tragedi, bencana dan tidak dipermalukan, hati yang terbuka memancarkan kehidupan dan hati yang telah diperbarui dapat membangkitkan kuasa.

Sikap hati percaya penuh kepada Tuhan sangatlah penting, sebab jika kita mengaku dengan mulut kita, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hati kita, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari orang mati, maka kita akan diselamatkan, karena dengan hati orang yang percaya dan dibenarkan, dan kita tidak akan dipermalukan (Roma 10:9-11) apabila sikap hati kita percaya kepada Allah maka mujizat akan terjadi.

Hati perlu disiram, dan dirawat, hati yang sudah dibaharui, hati yang sudah disucikan, hati yang sudah dibersihkan jangan berhenti karena status legalitas dan kebanggaan, tetapi kita terus perlu air Firman Tuhan untuk menyirami hati kita supaya bertumbuh, berbuah dan buahnya manis dan mempunyai sikap hati yang berkenan kepada Tuhan.(Lukas 8:6)

Saudara-saudara marilah kita membuka hati kita, menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, karena dari sikap hati yang percaya dan terbuka menimbulkan rasa kepedulian terhadap keluarga, jemaat, lingkungan serta sesama sehingga tidak menimbulkan bencana atau tragedi tetapi kita dapat membangun kebersamaan dalam jemaat, dan dengan sikap hati yang percaya kepada Tuhan akan melahirkan mujizat dan kuasa. Tumbuhkan sikap hati yang rindu dengar-dengaran Firman Tuhan sehingga hati kita senantiasa disiram dan diperbaharui oleh Firman Allah sehingga dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2)
Haleluya Amin.

Sumber : kotbah Bp. Pdt. Yos Hartono